Back

Kamis, 13 April 2023 | 10:47 | Author by Randy Aprialdi S

Kegemaran Sama, Kemampuan Beda, Terciptalah Radya Digital

Ketika aplikasi digital mulai berkembang, Radya Digital lahir pada 2011 sebagai software house Bandung. Empat orang alumni jurusan informatika Institut Teknologi Bandung (ITB), yaitu Tito Daniswara, Puja Pramudya, Hari Bagus, dan Aloysius Adrian, membuat rencana bisnis digital setelah lulus.

Kemudian empat sekawan itu berkumpul untuk membuat solusi dalam pengembangan aplikasi. Seperti yang diketahui pada waktu tersebut, perkembangan teknologi komputasi mobile mulai meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya fungsi pada perangkat mobile tersebut.

Tentunya ini menjadi sebuah evolusi perangkat yang kemampuannya mirip dengan persoalan komputer. Nah, Baik Tito, Puja, Hari, dan Aloysius, memiliki keahliannya masing-masing berdasarkan satu kegemaran yang sama lalu dituangkan dalam kelahiran Radya Digital.

"Mereka akhirnya berkumpul membuat solusi dalam pengembangan aplikasi. Dari masing-masing orang tersebut, memiliki kemampuan masing-masing. Misalnya Pak Puja dalam teknikal yang mengerjakan proyek. Yang pinter menjualnya, yang pintar mengatur keuangan. Dirumuskan, dan membuat satu perusahaan, bernama Radya Labs," celoteh  Rudi Hartono, CEO Radya Labs.

Tidak lama kemudian, Radya Digital mendapatkan kolega pertama. Rekan bisnisnya pun tidak main-main. Sebab empat sekawan ini mendapatkan Nokia sebagai kolega pertama mereka dalam pengembangan aplikasi. Seperti yang diketahui bahwa Nokia merupakan sebuah perusahaan telekomunikasi, informasi, dan elektronik konsumen multinasional asal Finlandia. 

Nokia sendiri pernah menjadi produsen dan ponsel tercerdas di dunia. Pada saat itu pun Nokia mulai memiliki produk Windows Phone dengan OS Windows yang tengah trend pada 2011. Atas kerjasama dengan Nokia ini, Radya Digital pun merupakan salah satu pioneer pengembangan aplikasi Windows Phone di Indonesia. 

"Salah satunya adalah memperbanyak aplikasi. Android kan sudah banyak, ada aplikasi game, Whatsapp, dan sebagainya. Dengan memperbanyak aplikasi yang tertanam di ponsel, kita bekerja sama dengan Microsoft dan Nokia. Jadi itu satu hal yang membanggakan bagi Radya," terang Rudi. 

Tidak hanya Windows Phone saja, Radya Digital pun ikut terus mengambangkan tawaran-tawaran perusahaan dan industri untuk aplikasi pengembangan digital. Kemudian Radya Digital semakin banyak memberikan solusi-solusi pengembangan aplikasi Android maupun IOS kepada perusahaan atau industri. 


Kesuksesan Dari Jalan Adaptasi

Permintaan yang semakin banyak juga memasuki ranah website. Ranah ini menjadi pangsa baru yang kemudian ditekuni para awak Radya Digital. Disamping itu, pengembangan aplikasi dari Radya Digital pun semakin berkembang dan menyesuaikan dengan zaman. Salah satunya adalah chatbot yang menjadi andalan banyaknya perusahaan atau industri. 

"Kami selalu beradaptasi dalam perubahan pasar. Kami memberikan full solution. Kami mendapat proyek. Dalam satu proyek itu, ada web, ada mobile apps. Berselang dua tahun berikutnya, itu ada chatbot sekitar 2017. Kita coba riset chatbot, akhirnya nambah ke service," kata Rudi. 

Maka bukan tanpa alasan Radya Digital menjadikan enterprise sebagai pasar utama dan itu mampu dikuasainya. Namun semuanya tetap bergerak dalam bidang core web host di sela-sela produk yang dibuat Radya Digital. Semua yang terus berjalan seperti ini pun menorehkan kisah-kisah sukses bagi sebagian awak Radya Digital. 

"Banyak sebenarnya setelah dari Radya Digital, mengembangkan karirnya di perusahaan yang skalanya lebih besar. Di internal juga ada. Di operation ada Rara. Kariernya bukan sebagai developer atau engineer, tapi karier sebagai analyst. Sekarang jadi VP Operation di Radya Digital. Jadi dia yang mengatur jalannya proyek. Radya Digital punya 90 orang, jadi dia mengurus 90 orang," papar Rudi. 

Memang kisah sukses itu relatif. Namun apa yang sudah dibangun empat sekawan dalam Radya Digital, tentu memiliki visi yang menjadi kemutakhiran. Hal ini pun terasa oleh banyak orang terutama di Indonesia. Apalagi kawasan-kawasan blue ocean yang masih bisa menjadi prioritas perkembangan digital di Indonesia. 

Sungguh sangat terasa bukan, kenikmatan teknologi di era modern ini. Perkembangan yang juga ditorehkan oleh empat orang dalam sejarah Radya Digital. Sesuatu yang bisa dinikmati oleh orang-orang suburban sekalipun. Artinya, Indonesia menuju industri 4.0 atau 5G bukan kemustahilan, melainkan keniscayaan.