Software House Indonesia di Antara User dengan Aplikasi
Banyak industri atau perusahaan yang cukup sulit bergerak ke era digital meski sudah terdapat banyak layanan software house di Indonesia Padahal jasa pembangunan software itu bisa memberikan jasa utama pembangunan aplikasi yang memberikan kemudahan. Apalagi di masa modern ini yang dimana kehadiran software atau aplikasi, merupakan keniscayaan dalam sebuah bisnis.
Terutama dalam pertumbuhan bisnis yang dihiasi teknologi digital untuk memiliki fungsi khusus. Di mana teknologi digital mampu membantu menemukan sasaran pasarnya sesuai dengan produk bisnisnya. Hanya saja di Indonesia sendiri, sebetulnya belum banyak yang menyadari keunggulan hal tersebut. Masih banyak industri atau perusahaan yang rasanya sulit untuk memanfaatkan potensi digital saat ini.
Lalu apa yang membuat industri atau perusahaan begitu sulit untuk bergerak dalam dunia digital? Rupanya, ada beberapa faktor yang diungkapkan oleh pengalaman dari Radya Digital sebagai salah satu software house asal Bandung. Dipaparkan oleh Rudi Hartanto, selaku CEO Radya Digital, kesulitan ini secara garis besar adalah soal hubungan antara user dan pengembang aplikasi itu sendiri.
Kebutuhan user yang ingin mengembangkan aplikasi, seolah tidak terhubung karena jembatan relasi terputus. Padahal, bayangkan jika antara dua sektor itu mampu terhubung, tentunya industri dan perusahaan akan mendapatkan kemudahan melalui aplikasi-aplikasi yang akan digunakan. Setiap elemen aplikasi yang dikembangkan pun tidak akan sulit karena perusahaan sudah tidak merasa gagap teknologi lagi.
"Sepengalaman Radya Digital, biasanya pertama, tidak ada orang yang menjembatani kebutuhan user, dengan pengembang aplikasi. Pengembang aplikasi seperti Radya. Ketika tidak ada orang yang menjembatani, sulit untuk komunikasi. Bagaimana kita bisa menerjemahkan kebutuhan user," terang Rudi.
Setiap kebutuhan user memang tidak pernah terbendung karena teknologi terus berkembang. Namun pada umumnya, hal persoalan ini akan terus bisa teratasi karena kebutuhan user tidak akan lepas dari sistem. Cara membayangkan hal ini layaknya sistem sekolah yang dimulai dari pendaftaran sampai kelulusan.
Dari awal pendaftaran, sampai kelulusan, semua yang terlibat tidak lepas dari proses yang dibuat oleh sistem bukan? Maka dari itu semua perusahaan maupun industri pasti membutuhkan solusi untuk mempermudah proses. Sama halnya dengan supply chains yang membutuhkan enterprise, resource, planning, dan lainnya untuk mengembangkan aplikasi yang dapat diandalkan.
Semua hal ini dibutuhkan untuk bisnis sebab kebanyakan perusahaan mengutamakan penjualan sebagai tujuan nomor satu. Penjualan adalah target dan bagian dari bisnis yang pastinya menjadi ekspektasi dari setiap user. Namun ekspektasi kerap menjadi kendala lain mengapa industri atau perusahaan begitu sulit untuk mencoba menjajaki dunia bisnis digital dalam pengembangan aplikasi. Padahal sudah cukup banyak software house di Indonesia yang bisa memudahkan beradaptasi dengan potensi digital.
"Ekspektasi dari user yang memiliki keterbatasan yang tidak dipenuhi aplikasi. Misalnya, banyak persoalan di luar aplikasi. Aplikasi itu memang memiliki keterbatasan yang tidak bisa memenuhi semua keinginan user. Lalu akan ada kesalahan dalam komunikasi ketika menggali kebutuhan pengembang aplikasi," papar Rudi ketika menanggapi masalah lain perusahaan dengan dunia digital.
Tentunya keinginan user yang tidak terpenuhi akan membuat yang bersangkutan mengakhiri kepercayaannya kepada aplikasi digital. "Banyak proyek yang dibatalkan. Akhirnya tidak jadi. Karena pengembang tidak mampu menggali kebutuhan user. User akan merasa tidak puas," sambung Rudi.
Tentunya diperlukan riset-riset aplikasi dan tentunya yang bisa dilakukan oleh software house yang tepat. Sebab dibutuhkan sistem yang bisa menunjang industri perusahaan yang sudah seharusnya bergerak lebih modern di era 4.0 ini. Hal inilah yang membuat potensi digital di Indonesia begitu penting.
Bermain di Ceruk Blue Ocean
Potensi digital di Indonesia memang begitu penting meskipun banyak daerah yang jauh dari teknologi. Kawasan yang dimaksud ini bisa dibilang sebagai ladang yang masih biru atau bisa disebut blue ocean. Ladang biru tersebut berarti pasar yang tidak diketahui atau belum terjamah, dalam hal ini, oleh potensi digital dari user dan aplikasi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada yang menjembatani antara user dan aplikasi sehingga perusahaan digital sulit memanfaatkan potensi digital. Hal ini pun menjadi cukup berpengaruh mengapa Indonesia memiliki ceruk blue ocean yang besar dalam persoalan potensi digital. Ketiadaan jembatan itu pun dirasa Rudi sebagai kekurangan talenta digital di negara ini.
"Alasannya, yang pertama dari sisi talenta masih kurang. Banyak daerah yang susah menjangkau ke pusat-pusat kota, tempat berkembangnya teknologi. Misalnya Bandung, Jakarta, Malang, jadi pusat perkembangan teknologi di Indonesia. Mengapa potensinya besar? Karena dari sisi infrastruktur, pemerintah selalu menggalakan, seperti 5G." jelas Rudi.
Sementara kota-kota di pulau Jawa yang disebutkan itu bisa dibilang sebagai red ocean. Istilah red ocean ini merupakan kondisi di mana sudah cukup banyak industri atau bisnis menjadi kompetitor berebut pangsa pasar yang sama. Artinya Indonesia memiliki kawasan blue ocean yang bisa menjadi ceruk perkembangan potensi software house saat ini. Tentunya, perusahan-perusahaan tersebut membutuhkan banyak perkembangan teknologi. Apalagi jika mengingat dengan 5G yang selalu digalakkan pemerintah.
Rencana itulah yang harus segera disadari perusahaan-perusahaan di ladang biru, atau mayoritas di luar pulau Jawa. Artinya, talenta perlu dikembangkan untuk menjembatani antara user dengan aplikasi yang seharusnya tidak terbatas jarak antar pulau. Sebab dengan berubahnya manualisasi ke digitalisasi atas berkembangnya teknologi di daerah-daerah, ini akan menjadi baik bagi talenta digital di Indonesia.
"Di Indonesia, bisa dibilang masih blue. Sekarang malah banyak perusahaan luar, dari India, memasarkan produknya. Itu sebenarnya yang kami mau, pasar ini jangan dikuasai oleh orang lain. Kalau kita serius, memahami Indonesia, harusnya bisa masuk lebih cepat, gampang," terang Rudi.
Perkembangan potensi digital di blue ocean ini sejatinya bisa dipermudah dengan adanya software house. Salah satunya adalah keberadaan Radya Digital yang memiliki target enterprise dalam pengembangan potensi digital di setiap daerah. Web host menjadi keahlian bagi perusahaan digital yang sudah berdiri sejak 2011 ini. Soal talenta yang selama ini dikhawatirkan pun bisa dikembangkan melalui program-program Alkademi.
Alhasil, seyogyanya kawasan blue ocean tidak perlu khawatir lagi bilamana merasa tidak ada talenta yang menjembatani antara user dengan aplikasi. Lalu kemudian bagaimana ladang biru itu akan menjadi merah yang mampu bersaing dengan kualitas di tengah kompetitor yang terus berkembang dengan siapapun. Bersama software house ini, bukan mustahil jika Indonesia memiliki potensi digital terbaik dan mampu bersaing dengan negara mana pun.